About

About
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Labels

[blogger]
10 Rumah Adat Terpopular 5 Teknik Belajar Bahasa Indonesia Yang Menyenangkan Di Sekolah 7 Jenis Biji-Bijian Dan Kacang-Kacangan Tersehat ALASAN DAN TUJUAN PEMBELAJARAN IPA DI SD Alat Indra Manusia Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara Bagian TUbuh Hewan Dan Kegunaanya Bagian-Bagian Dan Fungsinya Berbagai Macam Jenis Mangga Di Indonesia Cara Membuat Anyaman dari Bambu Cerita Dongeng Pendek: Semut dan Belalang Ciir-Ciri Makhluk HIdup Ciri-Ciri Puisi Contoh Syair Demokrasi Denah Desa Kelahiranku Binjai Sumatra Utara DONGENG PUTRI SALJU Dongeng Si Kancil Jadi Raja Hutan Ekonomi dan Politik Gaya Magnet Gurindam Hewan Langka yang Terancam Punah HIDUP RUKUN DALAM PERBEDAAN Hidup Tertib Jenis Bunga Hias Gantung Jenis-Jenis Permainan Olahraga Untuk Anak SD KARAKTERISTIK Kebaikan Kentang Bagi Kesehatan Kerajinan dari Kain Flanel Kerajinan dari Sabun Yang Mudah Kisah Kancil Dan Tikus KUMPULAN MATERI AGAMA ISLAM SD KUMPULAN MATERI BAHASA INDONESIA SD KUMPULAN MATERI IPA SD KUMPULAN MATERI IPS SD KUMPULAN MATERI PKN SD LINGKUNGAN ALAM Lingkungan Rumah Bersih Macam-Macam Bangun Datar Beserta Rumusnya Macam-Macam Dan Jenis Dongeng Anak Macam-Macam Jenis Pantun Makalah Landasan Pendidikan Hukum Makalah Matematika Tentang Data Makalah Negara Turki Matahari Negara ASEAN Operasi Hirung Bilangan PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION Pengaruh Suhu Terhadap Benda Dalam Kehidupan Sehari-Hari PENGGOLONGAN HEWAN BERDASARKAN JENIS MAKANANNYA Peninggalan Sejarah Di Lingkungan Setempat Peranan Berbagai Jenis Zat Gizi Peristiwa Alam Yang Terjadi Di Indonesia Perkembangan Dan Kemajuan Teknologi Peta Dan Komponenya PROSES METAMORFOSIS PADA KUPU-KUPU RUKUN IMAN Sekunder Dan Tersier Seni Rupa 3 Dimensi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Sumber Daya Alam Teknik Dasar Anyaman Bagi Pemula Tumbuhan Langka Di Indonesia Tutorial Cara Membuat Akun Gmail Warna Primer
Powered by Blogger.

Total Pageviews

Followers

Navigation

PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION

                                                                            BAB I
                                                                 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
    Pendidikan Kewarganegaraan adalah sarana yang tepat untuk menginternalisasikan nilai-nilai karakter bangsa. Menurut Winataputra dan Budimansyah Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) merupakan subjek pembelajaran yang mengemban misi untuk membentuk kepribadian bangsa, yakni sebagai upaya sadar dalam “nation and character building.” Dalam konteks ini peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bagi keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara sangat strategis.
   Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”, lebih lanjut dinyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat”.
   Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 37, Pendidikan Kewarganegaraan ditempatkan sebagai nama mata pelajaran wajib untuk kurikulum pendidikan dasar dan menengah dan mata kuliah wajib untuk kurikulum pendidikan tinggi. Dalam bagian penjelasan hal ini dipertegas lagi bahwa “Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.”
   Menurut John J. Patrick, salah seorang pakar civic education dari Amerika Serikat mengatakan, untuk mengembangkan dan mempertahankan demokrasi, sekolah harus mendidik generasi muda untuk memahami dan mempraktikkan prinsip-prinsip demokrasi. Untuk itu pendidikan yang mendukung proses demokratisasi mutlak diperlukan.


B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan civic disposition ?
2. Bagaimana isi dari civic disposition dalam pembelajaran pkn sekolah ?
3. Bagaimana pembelajaran pkn untuk mengembangkan civic disposition ?


C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan civic disposition
2. Untuk mengetahui bagaimana isi dari civic disposition dalam pembelajaran pkn sekolah
3. Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran pkn untuk mengembangkan civic disposition

D. MANFAAT PENULISAN
     Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan pengajaran di bidang pendidikan maupun di bidang penelitian-penelitian. Dan mudahan dengan adanya penulisan makalah ini kami bisa membantu orang lain maupun masyarakat dalam mengetahui tentang pembelajaran pkn untuk mengembangkan civic disposition beserta penjelasan lainnya. Dan Semoga kami bisa mengurangi beban masyarakat ataupun orang yang dalam kesulitan untuk mencari tentang hal ini.


                                                                           BAB II
                                                                    PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN CIVIC DISPOSITION
     Civic disposition merupakan salah satu komponen pendidikan kewarganegaraan. Civic disposition diterjemahkan sebagai watak, sikap, atau karakter kewarganegaraan. Ada juga yang menyebutkan sebagai nilai kewarganegaraan ( civic value ). Civics disposition mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional.
     Karakter privat seperti bertanggung jawab, moral, disiplin diri, dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap individu adalah wajib. Karakter publik juga tidak kalah penting. Kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi merupakan karakter yang sangat diperlukan agar demokrasi berjalan sukses.
Secara ringkas karakter publik dan privat sebagaimana disampaikan oleh ( budimansyah, 2008 ).
1. Menjadi anggota masyarakat yang independen.
2. Memenuhi tanggung jawab personal kewarganegaraan di bidang ekonomi dan politik.
3. Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu.
4. Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara efektif dan bijaksana.
5. Mengembangkan berfungsinya demokrasi konstitusional secara sehat.


B. ISI CIVIC DISPOSITION DALAM PKN SEKOLAH
Menurut Udin S. Winataputra ( 2001 ) isi dari civic disposition adalah :
1. Kepedulian terhadap masalah-masalah personal dan sosial kultural antar warga negara dan antara warga negara dengan lembaga-lembaga negara.
2. Penghormatan terhadap hak hidup, hak kebebasan dan hak milik orang lain atas dasar keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa.
3. Penghormatan terhadap kedudukan dan lembaga-lembaga politik/kenegaraan, ekonomi, kebudayaan, kemasyarakatan, atas dasar tanggung jawab sosial politik sebagai warga negara.
4. Penghormatan terhadap kedudukan, peran dan tanggung jawab orang lain yang memegang jabatan kenegaraan, profesi, bisnis dan kemasyarakatan atas dasar tanggung jawab sosial-politik.
5. Penghormatan terhadap bangsa dan negara lain atas dasar persamaan derajat, persahabatan, perdamaian dan prinsip saling menghormati.


C. PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION
1. Beragam Model Dalam Pembelajaran Nilai
    Model adalah sebuah bentuk konstruksi yang dapat berwujud konsep atau maket yang mengambarkan secara lengkap sebuah pemikiran atau gambaranbentuk fisik sebuah benda dalam skala yang lebih kecil.
a. Model Konsiderasi
    Manusia seringkali bersifat egoistis, lebih memperhatikan, mementingkan, dan sibuk dan sibuk mengurusi dirinya sendiri. Melalui penggunaan model konsiderasi (consideration model) peserta didik didorong untuk lebih peduli, lebih memerhatikan orang lain sehingga mereka dapat bergaul, bekerja sama, dan hidup secara harmonis dengan orang lain.
Langkah-langkah pembelajaran konsiderasi:
1) menghadapkan peserta didik pada situasi yang mengandung konsiderasi.
2) meminta peserta didik menganalisis situasi untuk menemukan isyarat-isyarat yang tersembunyi berkenaan dengan perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain.
3) peserta didik menuliskan responsnya masing-masing.
4) peserta didik menganalisis respons peserta didik lain.
5) mengajak peserta didik melihat konsekuesi dan tiap tindakannya, dan
6) meminta peserta didik untuk menentukan pilihannya sendiri.

b. Model Pembentukan Rasional
Dalam kehidupannya, orang berpegang pada nilai-nilai sebagai standar bagi segala aktivitasnya. Nilai-nilai ini ada yang tersembunyi, dan ada pula yang dapat dinyatakan secara eksplisit. Nilai juga bersifat multidimensional, ada yang relatif dan ada yang absolut. Model pembentukan rasional (rational building model) bertujuan mengernbangkan kematangan pemikiran tentang nilai-nilai.
Langkah-langkah pembelajaran rasional:
1) mengidentifikasi situasi dimana ada ketidakserasian atau penyimpangan tindakan.
2) menghimpun informasi tambahan.
3) menganalisis situasi dengan berpegang pada norma, prinsip atu ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam masyarakat.
4) mencari alternatif tindakan dengan themikirkan akibat-akibatnya, dan
5) mengambil keputusan dengan berpegang pada. prinsip atau ketentuan-ketentuan: legal dalam masyarakat.

c. Klarifikasi Nilai
    Setiap orang memiliki sejumlah nilai, baik yang jelas atau terselubung, disadari atau tidak. Kiarifikasi nilai (value clarification model) merupakan pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau proses menilai (valuing process) dan membantu siswa menguai keterampilan menilai dalam bidang kehidupan yang kaya nilai. Penggunaan model ini bertujuan, agar para peserta didik menyadari nilai-nilai yang mereka miliki, memunculkan dan merefleksikannya sehingga para peserta didik memiliki keterampilan proses menilai.
Langkah-langkah pembelajaran klarifikasi nilai antara lain:
1) pemilihan: peserta didik mengadakan pemilihan tindakan secara bebas, dari sejumlah alternatif tindakan mempertimbangkan kebaikan dan akibat-akibatnya.
2) menghargai pemilihan: peserta didik menghargai pilihannya serta memperkuat dan mempertegas pilihannya, dan
3) berbuat: peserta didik melakukan perbuatan yang berkaitan dengan pliihannya, mengulanginya pada hal lainnya.

d. Pengembangan Moral Kognitif
    Perkembangan moral manusia berlangsung melalui restrukturalisasi atau reorganisasi kognitif, berlangsung secara berangsur melalui tahap pra konvensi, konvensi dan pasca konvensi. Model ini bertujuan membantu peserta didik mengembangkan kemampuan mempertimbangkan nilai moral secara kognitif. Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran moral kognitif antara lain:
1) menghadapkan peserta didik pada suatu situasi yang mengandung dilema moral atau pertentangan nilai.
2) peserta didik diminta memilih salah satu tindakan yang mengandung nilai moral tertentu.
3) peserta didik diminta mendiskusikan/menganalisis kebaikan dan kejelekannya.
4) peserta didik didorong untuk mencari tindakan-tindaka yang lebih baik, dan
5) peserta didik menerapkan tindakan dalam segi lain.

e. Model Nondirektif
    Peserta didik memiliki potensi dan kemampuan untuk berkembang, sendiri. Perkembangan pribadi yang utuh berlangsung dalam suasana permisif dan kondusif. Guru hendaknya menghargai potensi dan kemampuan peserta didik dan berperan sebagai fasilitator/konser dalam pengembangan kepribadian peserta didik Penggunaan model ini bertujuan membantu peserta didik mengaktualisasikan dirinya.
Langkah-langkah pembelajaran nondirekif antara lain:
1) menciptakan sesuatu yang permisif melalui ekspresi bebas.
2) pengungkapan peserta didik mengemukakan perasaan, pemikiran dan masalah- masalah yang dihadapinya, guru menerima dan memberikan klarifikasi.
3) pengembangan pemahaman (insight), peserta didik mendiskusikan masalah, guru memberikan dorongan.
4) perencanaan dan penentuan keputusan, peserta didik merencanakan dan menentukan keputusan, guru memberikan klarifikasi, dan
5) integrasi, peserta didik memperoleh pemahaman lebih luas dan mengembangkan kegiatan-kegiatàn positif.

2. Pendekatan Pendidikan Nilai Menurut Douglas Superka
a. Pendekatan Penanaman Nilai
Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Pendekatan ini sebenarnya merupakan pendekatan tradisional. Banyak kritik dalam berbagai literatur barat yang ditujukan kepada pendekatan ini. Pendekatan ini dipandang indoktrinatif, tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan demokrasi. Pendekatan ini dinilai mengabaikan hak anak untuk memilih nilainya sendiri secara bebas. Menurut Raths et al kehidupan manusia berbeda karena perbedaan waktu dan tempat. Kita tidak dapat meramalkan nilai yang sesuai untuk generasi yang akan datang. Menurut beliau, setiap generasi mempunyai hak untuk menentukan nilainya sendiri. Oleh karena itu, yang perlu diajarkan kepada generasi muda bukannya nilai, melainkan proses, supaya mereka dapat menemukan nilai-nilai mereka sendiri, sesuai dengan tempat dan zamannya.

b. Pendekatan Perkembangan Kognitif
    Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masala moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini ada dua hal yang utama. Pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral.
Dewey membagi perkembangan moral anak menjadi tiga tahap (level) sebagai berikut:
1) Tahap "premoral" atau "preconventional". Dalam tahap ini tingkah laku seseorang didorong oleh desakan yang bersifat fisikal atau sosial;
2) Tahap "conventional". Dalam tahap ini seseorang mulai menerima nilai dengan sedikit kritis, berdasarkan kepada kriteria kelompoknya.
3) Tahap "autonomous". Dalam tahap ini seseorang berbuat atau bertingkah laku sesuai dengan akal pikiran dan pertimbangan dirinya sendiri, tidak sepenuhnya menerima kriteria kelompoknya.

c. Pendekatan Analisis Nilai
Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial.
Langkah Analisis Nilai Tugas Penyelesaian Masalah
1) Mengidentifikasi dan menjelaskan nilai yang terkait.
2) Mengurangi perbedaan penafsiran tentang nilai yang terkait.
3) Mengumpulkan fakta yang berhubungan.
4) Mengurangi perbedaan dalam fakta yang berhubungan.
5) Menguji kebenaran fakta yang berkaitan.
6) Mengurangi perbedaan kebenaran tentang fakta yang berkaitan.
7) Menjelaskan kaitan antara fakta yang bersangkutan.
8) Mengurangi perbedaan tentang kaitan antara fakta yang bersangkutan.
9) Merumuskan keputusan moral sementara.
10) Mengurangi perbedaan dalam rumusan keputusan sementara.
11) Menguji prinsip moral yang digunakan dalam pengambilan keputusan.
12) Mengurangi perbedaan dalam pengujian prinsip moral yang diterima.

d. Pendekatan Klarifikasi Nilai
    Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Pendekatan ini memberi penekanan pada nilai yang sesungguhnya dimiliki oleh seseorang. Bagi penganut pendekatan ini, nilai bersifat subjektif, ditentukan oleh seseorang berdasarkan kepada berbagai latar belakang pengalamannya sendiri, tidak ditentukan oleh faktor luar, seperti agama, masyarakat, dan sebagainya. Oleh karena itu, bagi penganut pendekatan ini isi nilai tidak terlalu penting. Hal yang sangat dipentingkan dalam program pendidikan adalah mengembangkan keterampilan siswa dalam melakukan proses menilai. Ada tiga proses klarifikasi nilai menurut pendekatan ini. Dalam tiga proses tersebut terdapat tujuh subproses sebagai berikut:
Pertama : Memilih
1) dengan bebas
2) dari berbagai alternatif
3) setelah mengadakan pertimbangan tentang berbagai akibatnya
Kedua : Menghargai
4). merasa bahagia atau gembira dengan pilihannya
5). mau mengakui pilihannya itu di depan umum
Ketiga : Bertindak
6). berbuat sesuatu sesuai dengan pilihannya
7). diulang-ulang sebagai suatu pola tingkah laku dalam hidup

e. Pendekatan Pembelajaran Berbuat
Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) memberi penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Menurut Elias (1989), Hersh, et. al., (1980) dan Superka, et. al. (1976), pendekatan pembelajaran berbuat diprakarsai oleh Newmann, dengan memberikan perhatian mendalam pada usaha melibatkan siswa sekolah menengah atas dalam melakukan perubahan-perubahan sosial.
Menurut Elias (1989), walaupun pendekatan ini berusaha juga untuk meningkatkan keterampilan "moral reasoning" dan dimensi afektif, namun tujuan yang paling penting adalah memberikan pengajaran kepada siswa, supaya mereka berkemampuan untuk mempengaruhi kebijakan umum sebagai warga dalam suatu masyarakat yang demokratis.

                                                                     BAB III
                                                                  PENUTUP
A. SIMPULAN
     Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang sangat sentral dalam pembentukan karakter warga negara yang baik. Pembentukan karakter warga negara menjadi bagian dari kompetensi kewarganegaraan yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan watak atau karakter terbentuknya watak Pancasila dan UUD 1945 dalam diri peserta didik.
     Pentingnya pembelajaran civic disposition menekankan pada proses pendidikan secara utuh dan menyeluruh terhadap pembentukan karakter individu sebagai warga negara yang baik dan cerdas, selain itu melaksanakan program pendidikan yang secara programatik prosedural berupaya memanusiakan dan membudayakan serta memberdayakan manusia atau peserta didik (diri dan lingkungannya) menjadi warga negara yang berkeadaban dalam Negara Kebangsaan Pancasila. Pendekatan pembelajaran dalam pendidikan kewarganegaraan untuk mengembangkan civic disposition salah satu adalah pendekatan berbasis nilai.

B. SARAN
     Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dibiasakan dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, tentunya memperhatikan aspek pengetahuan, keterampilan, dan karakter agar tujuan PKn untuk menjadikan warga negara yang baik dan cerdas dapat tercapai dengan baik. Model pembelajaran mampu mengembangkan nilai moral mahasiswa dengan melakukan pembinaan pada civic disposition di setiap langkah-langkah pembelajaran. Oleh karena itu ke depannya diperlukan pengembangan model tersebut agar lebih bervariasi. Peneliti menghimbau kepada pemerhati (guru, peneliti, pemerintah, masyarakat) untuk mendukung keilmuan PKn.



DAFTAR PUSTAKA
Rujukan Dari Buku :
Winarto.(2013).Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta. PT Bumi Aksara.
Share
Banner

Post A Comment:

0 comments: